Apa itu Sosiologi? Halo guys, saya Dandy. saya merupakan salah satu mentor di IntipKuliah, saya bergabung sebagai mentor jurusan Sosiologi dan Antropologi. Sebelum berlanjut ke materi kalian tentu sudah tidak asing lagi kan dengan IntipKuliah sendiri? Yaps betul, IntipKuliah ialah salah satu media yang bertujuan memberikan informasi kepada para mahasiswa dan calon mahasiswa nih. Bisa berupa sharing pengalaman kuliah dan berbagi ilmu, sehingga temen-temen yang ingin kuliah bisa lebih mendapat gambaran terlebih dahulu di jurusan yang ingin diimpikan. Bagi teman-teman yang mau bertanya atau diskusi bisa komen di bawah artikel ini. Kalau sempat saya balas ya, jawabannya akan masuk ke email kalian kok, pastikan kalian baca sampe beres dulu artikel ini sebelum bertanya.
Nah kali ini saya mau jelasin tentang Apa Itu Sosiologi?
Pernahkan kalian berpikir apa sosiologi itu ? Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara individu dengan individu, individu dengan kolompok, dan kelompok dengan kelompok. Manusia yang kita tahu sebagai makhluk sosial tidak pernah jauh dengan yang namanya hubungan sosial, karena bagaimanapun hubungan tersebut memengaruhi perilaku orang-orang dan manusia tidak bisa hidup sendiri, untuk itulah manusia tidak pernah lepas dari orang lain. Sebagai bidang studi, cakupan sosiologi sangatlah luas. Sosiologi juga melihat dan mengamati bagaimana orang mempengaruhi kita, bagaimana institusi sosial utama, seperti pemerintah, agama, dan ekonomi memengaruhi kita, serta bagaimana kita sendiri memengaruhi orang lain, kolompok, bahkan organisasi.
Bagi kalian yang ingin mendapatkan info jurusan dan masuk perguruan tinggi follow Instagram @intipkuliah. Akan ada live lebih dari 60 jurusan per bulan. Klik Disini
Sosiologi itu berasal dari kata Socious yang artinya kawan dan Logos yang artinya ilmu pengetahuan. Pernyataan ini pertama kali dinyatakan di dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857), August Comte kini dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sehingga pada umumnya Sosiologi dikenal dengan ilmu yang mempelajari masyarakat.
Menurut Anthony Giddens, sosiologi adalah study tentang kehidupan sosial yang mempelajari manusia, grup, dan masyarakat. Dan menurut Soerjono Soekanto yang kita kenal dengan sebutan Bapak Sosiologi Indonesia mengungkapkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
Nah, jadi sudah paham kan tentang definisi sosiologi sendiri? Intinya Sosiologi itu ilmu yang mempelajari masyarakat secara umum.
Manfaat dari mempelajari Sosiologi?
Dengan mempelajari sosiologi, kita akan dapat memahami tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap baik di masyarakat. Tapi itu bukan berarti sosiologi mempelajari soal etika dan bagaimana menjadi masyarakat yang baik. Dengan mempelajari sosiologi maka seseorang akan dapat memahami mengapa fenomena sosial terjadi di masyarakat. Bahkan, akan lebih baik jika orang itu sudah memahami bagaiman fenomena atau permasalahan sosial yang harus diselesaikan,
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari sosiologi, yaitu ketika kita sedang mengamati dan menilai fenomena sosial yang terjadi maka kita perlu melepas semua norma yang ada dalam diri kita, agar tidak memandang fenomena tertentu secara bias. Bias yang dimaksud adalah benturan yang terjadi antara norma yang ia miliki dalam dirinya dengan norma yang ia amati dari luar.
Dalam mempelajari masyarakat, sangat penting agar kita menghindari pandangan yang bias. Alasannya adalah pandangan yang bias justru akan menjauhkan kita dari pemahaman yang objektif tentang suatu masyarakat. Pembahasan ini berhubungan dengan salah satu sifat Sosiologi yang kita pelajari, yaitu non-etis. Seperti yang telah kita ketahui, sikap non-etis berarti memandang dan memahami fenomena sosial tanpa memberikan penilaian baik atau buruk maupun benar atau salah. Tujuan akhir dari bersikap non-etis adalah memahami masyarakat secara objektif atau tanpa bias, sehingga kita dengan sebaik-baiknya dapat memahami mengapa suatu fenomena sosial terjadi.
Point penting yang dapat disimpulkan ialah bahwa jika menjadi seorang sosiolog maka tidak boleh menilai baik atau buruk tentang fenomena sosial yang terjadi.
Teori-teori dalam Sosiologi dihasilkan dari pengumpulan fakta dan terus diuji secara ilmiah. Contohnya ialah penelitian saya yang berjudul “Masa Pandemi dan Ujian Literasi”. Nah itu saya perlu mengumpulkan data – data ujian literasi seperti apa yang terjadi di masa pandemic seperti ini, yang menjadi focus penelitian saya ialah beredarnya hoax dimana-mana yang dapat menimnulkan kewas-wasan pada masyarakat. Tentu hal itu sangat berpengaruh pada sistem imun masyarakat. Maka perlu adanya penelitian, kemudian ditemukanlah solusinya yang bisa diterapkan dan dipahami oleh masyarakat.
Tapi, penelitian yang dilakukan sekarang dan masa depan bisa saja berbeda loh, misalnya kesimpulan yang akan di dapat. Kenapa bisa berbeda? Ya karena kondisi masyarakat itu bersifat dinamis atau bergerak, sehingga dapat berubah-ubah sesuai perkembangan zaman.
Sosiologi dan Norma Masyarakat
Norma adalah suatu kesepakatan konsensus tentang hal yang dianggap baik atau buruk dalam masyarakat. Walau “disepakati”, bukan berarti bahwa norma merupakan suatu kebenaran yang bersifat mutlak, ya.
Norma yang berlaku di setiap daerah berbeda – beda, hal ini sudah saya alamin sendiri. Di daerah saya sendiri dan di tempat saya kuliah berbeda provinsi, salah satu contohnya ialah ketika makan. Di daerah saya pada sendiri khususnya makan tidak dihabiskan itu ialah hal yang lumrah, bisa saja karna sudah kenyang atau tidak cocok dengan lauknya. Namun, di daerah saya berkuliah itu merupakan suatu tindakan yang kurang benar, kata teman saya itu bisa dianggap tidak menghargai, jika mau makan sebisa mungkin harus dihabiskan dan memperhatikan kondisi yang tepat.
Apa yang bisa kita simpulkan dari contoh tadi? Norma adalah sebuah konstruksi sosial, artinya ia dibangun berdasarkan kesepakatan setiap masyarakat di daerah setempat. Kemudian, norma tidak bersifat absolut, melainkan kontekstual. Hal ini berarti keberlakuan norma di setiap masyarakat akan berbeda, sehingga ketentuan apa yang dianggap baik maupun buruk di setiap masyarakat juga akan berbeda.
Perspektif Sosiologi
Dalam kajian sosiologi, manusia ialah bahasan utama yang selalu disinggung. Untuk itulah perlu adanya landasan teori dalam mengamati dan memahami manusia yang bersifat kompleks atau dinamis. Setidaknya ada tiga teori utama yang dapat dijadikan sebagai perspektif sosiologi, yaitu ada teori konflik, teori structural fungsional, dan teori interaksionisme simbolik.
Tiga perspektif yang disebutkan tadi itu yang paling sangat berpengaruh pada kajian fenomena sosial yang terjadi, berikut penjelasan dari masing – masing teori tersebut.
-
Teori Konflik
Teori ini dicetuskan pertama kali oleh Karl Mark. Teori ini menganggap adanya konflik kelas – kelas sosial dalam hidup masyarakat. Kelas sosial tersebut terbagi dalam dua kelas, yaitu kaum borjuis dan kaum proletar. Menurut mark, apapun yang dilakukan oleh kaum borjuis, maka kaum proletar mau tidak mau harus menuruti kemauan kaum borjuis. Kaum borjuis itu kaum yang memiliki harta dan kekuasaan, sedangkan kaum proletar ialah hanya masyarakat biasa yang diperkerjakan oleh kaum borjuis. Tentu saja ini menimbulkan adanya konflik kelas sosial.
-
Teori Struktural Fungsional
Teori ini dicetuskan pertama kali oleh Emile Durkheim. Teori struktural fungsional banyak mempengaruhi perkembangan teori sosiologi hingga sekarang. Pusat pertumbuhan teori sosial sendiri adalah di Amerika Serikat. Negara ini sekaligus menjadi tempat runtuhnya teori struktural fungsional itu sendiri, yang populer pada dekade 1930 an hingga 1960-an. Yang dimaksud teori ini ialah bahwa dalam sistem masyarakat itu terdapat sebuah sistem yang terstruktur dan antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Jika ada kendala pada satu komponen, maka ini akan berpengaruh pada kelancaran komponen lainnya. Misalnya dalam sekolah, ada beberapa komponen seperti kelas, pengajar, dan pendidik. Nah, jika salah satunya tidak ada, maka ini tidak bisa disebut dengan pembelajaran, dan kalopun tetap berjalan maka tidak akan lancer seperti biasanya.
-
Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik mulai dikembangkan oleh Mead di tahun 1920 – 1930 an. Kala itu, Mead merupakan seorang professor filsafat di Universitas Chicago. Sebagai seorang professor, ia banyak mengungkapkan gagasan-gagasannya mengenai interaksionisme simbolik kepada para mahasiswanya saat mengajar.
Para mahasiswa Mead yang kemudian banyak melakukan interpretasi dan mengembangkan teori ini. Herbert Blumer, sebagai salah satu mahasiswanya, adalah sosok yang menciptakan istilah “interaksi simbolik” pada tahun (1937). Ia pula yang kemudian mempopulerkannya di kalangan komunitas akademis (Mulyana, 2001 : 68). Maksud dari teori ini ialah bahwa interaksi yang terjadi di dalam masyarakat bisa juga dalam bentuk simbol – simbol yang memiliki arti dan telah disepakati oleh kedua belah pihak sehingga dapat dimengerti.
Lihat vlog dari ribuan mahasiswa di seluruh Indonesia di Youtube Intip Kuliah. Klik Disini
Jenjang Karir Sosiologi gimana?
Selama berkuliah, orang-orang yang lulus dari jurusan Sosiologi gak hanya belajar teori, salah satu hal lain yang juga dipelajari secara mendalam adalah metode penelitian. Berbagai metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif dipelajari untuk digunakan dalam berbagai macam penelitian sosial di dalam masyarakat. Jadi, berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan penelitian sangat cocok untuk lulusan jurusan Sosiologi ini.
Salah satu prospek pekerjaan yang cocok untuk dimiliki seorang lulusan jurusan Sosiologi adalah market researcher. Seorang market researcher bertugas dalam mengumpulkan dan menganalisis data tentang pasar sesuai dengan kebutuhan klien, klien yang dimaksud bisa saja bergerak di bidang bisnis maupun politik. Misalnya ada perusahaan makanan yang ingin menjualnya di suatu tempat, maka seorang market researcher lah yang akan melakukan riset apalah produk makanan ringan tersebut dapat menarik pembeli tidak jika dijual di daerah tersebut.
Contoh-contoh pekerjaan dari yang dapat dilakukan oleh lulusan jurusan Sosiologi selengkapnya bisa dibaca di artikel saya yang pertama. Sosiologi ini merupakan advantage lo banget dalam dunia kerja, khususnya di era data driven society seperti saat ini di mana berbagai keputusan diambil dengan mengacu pada data – data penting.
Gimana guys? Sudah lebih jauh kan wawasan kalian tentang sosiologi?
Saya ingatkan lagi juga, bahwa Sosiologi adalah sebuah ilmu pengetahuan. Dan sebagai sebuah ilmu pengetahuan, tentunya ia memiliki peran dalam membentuk kerangka berpikir individu serta kelompok. Sosiologi bisa menjadi hal yang penting banget dalam hal ini. Misalnya nih, norma tentang mayoritas dan minoritas dalam masyarakat gak ada, dan semua individu dilihat secara rata, tanpa ada kuantifikasi identitas, kira-kira apa yang akan terjadi? Ini bisa kamu telaah melalui Sosiologi.
Gitu deh, guys. Sekian dulu tulisan saya tentang Sosiologi. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca sekalian,.. kalo ada yang ingin ditanyakan, bisa berlanjut dikomentar ya, see you.. Baca juga pengalaman saya kuliah di
Kode Konten: Q118
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai fenomena sosial yang terjadi di masyarakat.Menurut anda apakah maksud pernyataan tersebut,serta tulisan contoh fenomena sosial yang terjadi di masyarakat serta analisis mengunakan salah satu perspektif sosiologi!
Baik terimakasih pertanyaan yg sangat menarik.
Fenomena sosial ialah kejadian yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi sosiologi itu mempelajari tentang kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat seperti bagaimana bisa seperti itu dll. Nah untuk contoh analisisnya kita menggunakan teori struktural fungsional yg dicetuskan emil durkheim, struktural fungsional itu maksudnya jadi dalam sebuah kehidupan bermasyarakat itu ada struktur yg masing² sistemnya saling berkaitan, dan jika salah satunya tidak berfungsi, maka tidak akan berjalan dengan lancar. Contoh implikasinya misalnya dalam sebuah desa/kampung, yg pasti ada perangkat nya kan? Ada RW, Warga, dan Sie Keamanan. Nah kalo salah satunya tidak ada, maka itu tidak akan berjalan dengan semestinya.
Karna mana mungkin ada RW, kalo warganya tidak ada, pun sebaliknya kalo RW gada, lantas siapa yg akan mengatur warga. Mohon maaf jika masih kurang paham bisa ditanyakan kembali??
Saya masih kurang paham dengan contoh dan analisis nya
Oke saya jelaskan kembali. Perspektif sosiologi itu ada 3 yg utama, yg pertama teori konflik oleh karl marx. Yg kedua teori struktural fungsional oleh emil durkheim. Yg ke 3 itu interaksionisme simbolik.
Nah kali ini saya jelasin pake yg teori konflik ya, menurut karl marx di dalam kehidupan bermasyarakat itu ada sebuah fenomena konflik antar kelas, yaitu kelas borjuis(orang kaya) dengan kelas proletar(kaum buruh). Nah itu bisa dilihat dalam kehidupan nyata kejadiannya, salah satunya ialah tentang uu cipta kerja ini. Didalam uu cipta kerja ada sebuah keputusan semena² yang menguntungkan kaum borjuis(orang kaya/kaum kapitalis) dan justru merugikan kaum proletar(buruh), nah itu lah yg melatar belakangi terjadinya demo di Indonesia. Jadi sudah terbukti kan apa yang dikatakan oleh karl marx beberapa taun lalu mengenai persaingan ini?
Saya ingin bertanya kak.
1) perkawinan adalah salah satu fakta sosial yang ada di masayarakat. Coba anda analisis bagaimana pernikahan dalam ilmu sosiologi serta jelaskan fakta sosial mengenai pernikahan mengunakan perspektif sosiologi yaitu perspektif struktural fungsional,perspektif konflik dan perspektif interaksionisme simbolik!
Tolong bantu kak